JAKARTA - Menjelang pemilu 2009, sejumlah partai politik dan calon presiden berbondong-bondong memasang iklan di media televisi, cetak, dan elektronik. Mereka beranggapan iklan dapat meningkatkan popularitas partai dan sang calon.
Namun, ternyata beriklan di media massa juga dapat merusak citra partai politik, jika konsep iklan yang ditampilkan kurang matang dan tidak mendapat tempat di hati masyarakat.
Pakar komunikasi Universitas Indonesia Effendi Gazali mencontohkan iklan Partai Demokrat yang menayangkan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Saat itu citra Partai Demokrat turun.
Namun, kemudian citra Demokrat kembali naik setelah partai tersebut menampilkan testimony masyarakat. Terutama ibu-ibu yang mengatakan terima kasih kepada SBY.
Dia menilai, dari sejumlah parpol yang beriklan, hanya beberapa yang berhasil mendapat tempat di masyarakat. Di antaranya Demokrat, Gerindra, dan Golkar
Demokrat berhasil mendongkrak citranya karena beriklan dengan turu bahasa rakyat. Sedangkan Gerindra terus diingat, karena kuantitas iklannya cukup banyak. (uky)
Sabtu, 28 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar